13.10
2021
BPS Buka-bukaan Data Ekspor Bijih Nikel
Photo by Big Dodzy on Unsplash

BPS Buka-bukaan Data Ekspor Bijih Nikel

Badan Pusat Statistik (BPS) mengklaim tak ada ekspor bijih nikel ke China pada 2020. Hal ini merespons pernyataan Ekonom Senior Faisal Basri terkait kebocoran ekspor bijih nikel ke Negeri Tirai Bambu tahun lalu.

"Setelah kami cek, pada 2020 ekspor bijih nikel dan konsentratnya ke China memang tidak ada," ungkap Kepala BPS Margo Yuwono kepada CNNIndonesia.com, Rabu (13/10).

Namun, ia tak menjelaskan lebih lanjut alasan tak ada ekspor bijih nikel pada tahun lalu, apakah karena hanya berdasarkan catatan BPS saja atau kebijakan larangan ekspor dari pemerintah.

Sebelumnya, Faisal memperkirakan negara rugi hingga ratusan triliun akibat kebocoran ekspor bijih nikel dalam lima tahun terakhir. Kebocoran ini khususnya untuk ekspor ke China.

"Lima tahun terakhir kerugian negara ratusan triliun," ungkap Faisal dalam Core Media Discussion: Waspada Kerugian Negara dalam Investasi Pertambangan, Selasa (12/10).

Faisal menjelaskan Indonesia telah melarang ekspor bijih nikel pada 2020. Data BPS juga tak mencatat ada ekspor bijih nikel mulai 2020.

Namun, pemerintah China justru mencatat negaranya masih mengimpor bijih nikel dari Indonesia pada 2020. Data itu tercatat di General Customs Administration of China (GCAC).

"GCAC pada 2020 mencatat masih ada 3,4 juta ton impor dari Indonesia dengan nilai jauh lebih tinggi dari 2014, yakni US$193,6 juta atau Rp2,8 triliun, lebih tinggi dari 2019," jelasnya.

Sebagai informasi, pemerintah mulai melarang ekspor bijih nikel pada 2 Januari 2020. Hal ini tercantum dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri ESDM Nomor 25 Tahun 2018 tentang Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

 

Download Apps CNN Indonesia sekarang https://app.cnnindonesia.com/

Sumber : CNN Indonesia